Nilaisaham.com – Proyeksi harga Crude Palm Oil (CPO) menjelang akhir 2025 sangat bermanfaat untuk menentukan arah perdagangan komoditas dan strategi investasi pada saham emiten kelapa sawit. Nilaisaham.com mengidentifikasikan 5 faktor pembentuk harga CPO hingga Desember 2025. Faktor-faktor tersebut adalah harga kontrak berjangka CPO, kebutuhan impor dari India, kebijakan biodiesel B50 di Indonesia, harga minyak mentah dunia, kesepakatan impor minyak kedelai antara RRC dan AS, serta penundaan kebijakan anti-deforestasi Uni Eropa. Simak ulasan dan update terbaru proyeksi harga CPO tersebut sebagai informasi untuk memperkuat strategi investasi minggu ini..
Harga Kontrak Berjangka CPO Stabil
Harga kontrak berjangka CPO di Bursa Malaysia saat ini stabil pada kisaran MYR 4.400 per ton, setelah sempat turun ke level terendah enam minggu di MYR 4.350. Kenaikan moderat sekitar 1% pada sesi terakhir didorong oleh pelemahan ringgit serta harga minyak nabati pesaing yang menguat di bursa Dalian dan Chicago.

Dukungan berupa permintaan ekspor yang kuat, terutama dari India menjelang musim perayaan Oktober, menjaga momentum harga agar tidak jatuh terlalu dalam. Faktanya, pengiriman minyak sawit Malaysia meningkat sekitar 8,3-8,7% pada September dibandingkan Agustus. Namun, potensi kenaikan lebih besar sedikit terbatas menunggu puncak produksi pada September-Oktober dengan stok akhir Agustus yang naik 4,2% menjadi 2,2 juta ton. Kondisi ini memberikan sinyal harga CPO akan relatif stabil dengan trend sideways solid di kisaran MYR 4.350-4.450 dalam waktu dekat.
Baca Juga: 5 Saham Top Gainers Minggu Ini (22-26 September 2025)
Impor CPO India Jadi Penentu
India tetap menjadi pembeli CPO utama dunia dengan peningkatan impor yang signifikan. Pada Agustus 2025, impor CPO India pada Agustus 2025 mencapai angka tertinggi tahun ini. Nilainya melonjak 15,76% atau setara dengan 990.528 ton, tertinggi sejak Juli 2024. Penyebabnya adalah harga CPO yang lebih murah dibandingkan dengan harga minyak kedelai pesaingya di India pada periode tersebut. Harga CPO yang lebih kompetitif di pasar India ini menjadi katalis positif bagi ekspor komoditas ini. Nilaisaham.com memandang bahwa kondisi ini akan berpengaruh positif pada pendapatan emiten produsen CPO yang target pasarnya adalah pangsa ekspor ke India. Nilai tarif ekspor CPO yang ditetapkan 10% ke India ini juga menjadi factor yang mendorong CPO lebih kompetitif. Kebutuhan impor minyak nabati India yang naik 4,7% sejak Agustus 2024 membuka peluang pendapatan bagi emiten eksporir CPO.
Kebijakan B50 Indonesia Menaikkan Permintaan
Pemerintah Indonesia merencanakan akan menerapkan kebijakan B50 (50% minyak sawit dalam campuran biodiesel) pada 2026. Kebijakan ini menjadi kebijakan baru dari kebijakan mandatori biodiesel B40 sebelumnya yang ditetapkan pada Keputusan Menteri ESDM No. 341.K/EK.01/MEM.E/2024.. Dampak dari kebijakan ini diperlukan pasokan tambahan CPO untuk kebutuhan biodiesel dalam negeri mencapai 19 juta kiloliter. Target tersebut tersebut diperkirakan akan sulit tercapai. Untuk memenuhi kebutuhan CPO program B40 saja, perusahaan kelapa sawit ditargetkan memasok 15,6 juta kiloliter CPO per tahun. Itupun baru tercapai 64,7% dari target per September 2025. Besar kemungkinan pemerintah akan melakukan kebijakan transisi atau beralih dari program B40 ke B45 sesuai dengan kapasitas pasokan CPO dalam negeri. Kedua skenario tersebut – program B50 maupun transisi ke B45 – akan berdampak positif pada harga CPO di pasar ekspor karena pasokan ekspor yang ketat. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Nilaisaham.com menyatakan bahwa kebijakan B50 akan berdampak positif pada harga CPO hingga tahun depan.
Harga Minyak Mentah Dunia
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan penambahan kuota produksi oleh negara-negara penghasil minyak atau OPEC adalah 2 faktor yang mengemuka terkait dengan harga minyak mentah pekan ini. Efeknya, harga minyak mentah dunia bulanan (29 September), khususnya BRENT, meningkat 2,33% dari 68 USD mendekati 70 USD per barrel pekan ini. Kuota produksi minyak mentah dari negara-negara OPEC+ diputuskan untuk kembali dinaikkan menjadi 2,5 juta barrel. Nilaisaham.com menilai bahwa naiknya harga minyak mentah dunia akan berdampak positif pada pergerakan harga CPO. Pada sepekan terakhir, harga CPO Bursa Malaysia meningkat 0,45%. Nampaknya, faktor harga minyak mentah masih menjadi faktor penggerak harga CPO daripada kutoa produksinya.
Ketidakpastian Impor Kedelai RRC
China adalah konsumen minyak kedelai terbesar dunia. Volume impor minyak kedelai RRC mencapai 1,15 juta ton per tahun pada 2024. Amerika Serikat memasok hingga 15-20% dari kebutuhan impor minyak kedelai RRC setelah Brazil. Minyak kedelai memiliki pengaruh pada harga CPO. Kedua produk minyak nabati ini substitusi satu terhadap yang lain. Akibatnya, saat harga minyak kedelai naik, maka harga CPO akan tertekan. Berdasarkan pantauan Nilaisaham.com, harga kontrak berjangka minyak kedelai per hari ini (29 September) turun 0,29% Belum tuntasnya kesepakatan antara RRC dan Amerika Serikat mengenai harga impor minyak kedelai ke negeri Tirai Bambu menyebabkan berbagai pihak pada kondisi menebak-nebak pergerakan harga tersebut pada harga CPO hingga 3 bulan ke depan.
Penundaan Aturan Anti-Deforestasi Uni Eropa
Kebijakan anti-deforestasi untuk beberapa komoditas pertanian penting termasuk CPO yang direncanakan akan mulai berlaku efektif Desember 2025 menjadi faktor yang perlu diperhitungkan dampaknya pada pergerakan harga CPO. EUDR rencananya berlaku efektif bagi perusahaan ekportir CPO pada Desember 2025 setelah mengalami penundaan 1 tahun karena kategorisasi risiko untuk setiap negara belum diselesaikan. Namun, pada Selasa pekan lalu (23/09), kebijakan EUDR diputuskan untuk ditunda waktu mulai implementasinya dari rencana semula Desember 2025 menjadi Desember 2026. Alasannya, kapasitas intrumen teknologi untuk menangani data due diligence dari EU dipandang masih belum siap. Di sisi lain, penundaan juga merupakan bentuk akomodasi kritik dari berbagai negara terkait dengan rumitnya ketentuan EUDR. Nilaisaham.com memandang bahwa penundaan ketentuan EUDR ini akan berkontribusi positif pada harga CPO bagi emiten yang melakukan ekspor ke Eropa.
Kesimpulan
Kesimpulannya, harga CPO diperkirakan akan tetap stabil dengan potensi kenaikan moderat di kisaran MYR 4.350-4.450 per ton pada periode satu sampai dua bulan ke depan. Impor CPO dari India yang meningkat, pasokan CPO yang lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan untuk memenuhi target kebijakan B50 dalam negeri, dan penundaan implementasi kebijakan anti-deforestasi Uni Eropa (EUDR) berkontribusi positif pada harga CPO. Faktor lain yaitu kesepakatan impor minyak kedelai oleh RRC dari Amerika Serikat yang belum tercapai menyumbang ketidakpastian pada prediksi harga CPO. Kendati demikian, kontribusi faktor ini maksimum mencapai 5% pada pergerakan harga komoditas ini di pasar global.***
Baca Juga: 14 Kategori Emosi Trader dan Investor Yang Wajib Diketahui!
2 Comments