Nilaisaham.com – Rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia akan dilakukan pada November 2025. Rebalancing biasanya menjadi sentimen positif bagi saham suatu emiten. Saham Energi Baru dan Terbarukan — atau selanjutnya disingkat saham EBT — memiliki peluang masuk dalam klasifikasi indeks MSCI ini. Tetapi, apakah efeknya akan positif bagi pergerakan harga saham?
Apa Itu MSCI?
MSCI adalah indeks penting untuk menentukan pergerakan harga saham. Indeks ini diluncurkan oleh Lembaga riset sekuritas Morgan Stanley Capital International. Cakupan indeksnya adalah saham global. Tapi, MSCI juga memiliki kategori indeks untuk negara berkembang, termasuk Indonesia. Indeks ini penting dicermati. Masuk atau keluarnya saham ke dalam indeks MSCI akan memperkuat sentiment positif pada saham. Biasanya, investor internasional akan masuk membeli saham tersebut sehingga capital inflow akan meningkat.
Baca Juga: 4 Emiten Bagi Dividen Interim: Bagaimana Tips Memperolehnya?
Saham EBT dalam MSCI
Saham-saham dari emiten nasional yang masuk dalam indeks MSCI berubah setiap bulan. Untuk kategori MSCI Indonesia Global Standard, saham Dian Swastatika sentosa (DSSA) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) masuk kategori ini pada Agustus 2025 lalu. Sedangkan AADI, ADRO, KPIG, PTRO, RATU, TPAG pada kategori MSCI Small cap. Hingga saat ini, belum ada saham dari emiten micro-cap yang masuk dalam indeks MSCI. Hingga saat ini, belum ada saham EBT yang masuk klasifikasi MSCI.
Saham DSSA dan CUAN masuk kategori MSCI pada Agustus 2025 lalu. Pengumuman dilakukan pada 7 Agustus 2025 dini hari. Satu hari setelah diumumkan, saham DSSA naik 20% dari Rp65.500 per saham menjadi Rp78.600 per saham. Saham juga menunjukkan pergerakan up-trend hingga 7 hari selanjutnya.
Saham CUAN juga menunjukkan pergerakan berbeda. Sehari sebelum diumukan, harga saham CUAN naik 5,52% tetapi justru turun 4,58% pada 7 Agustus dan selanjutnya kembali meningkat 7,19% pada 8 Agustus. Satu minggu sesudahnya, saham berada pada kondisi sideways.
Efek Sentimen MSCI
Hasil analisis Nilaisaham.com menunjukkan bahwa efek sentimen MSCI berbeda untuk masing-masing saham. Efeknya bisa menghasilkan pola up-trend selama 1 pekan perdagangan sejak tanggal diumumkan, atau 1 hari dan selanjutnya sideways. Hasil yang berbeda ini menunjukkan trust dan preferensi yang berbeda dari investor asing pada masing-masing saham. Saham DSSA memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai perusahaan CUAN.
Peluang Saham EBT
Emiten sektor Energi Baru dan Terbarukan (EBT) digadang-gadang masuk dalam dalam MSCI Indonesia pada November 2025 mendatang. Banyak alasan pendukungnya. Salah satunya: kapitalisasi pasar yang besar dan potensi sektor EBT yang terus tumbuh.
Barito Renewables Energy (BREN) adalah salah satu emiten saham EBT yang berpotensi masuk dalam klasifikasi MSCI. Enterprise value perusahaan hampir 2,5 kali dari nilai perusahaan DSSA yang telah masuk kategori sebelumnya. Sektor EBT juga memiliki sentimen kebijakan dan pasar yang cenderung menguat. Kedua faktor ini, selain faktor-faktor lain, memperkuat kemungkinan salah satu saham EBT, yaitu BREN, masuk klasifikasi MSCI pada November 2025.
Ikut Jejak CUAN atau DSSA?
BREN memiliki beberapa indikator yang lebih unggul daripada CUAN dan DSSA. Price Earning Ratio (PER) memang lebih tinggi dari kedua emiten tersebut, tetapi bagi investor institusi, kondisi ini seharusnya tidak menjadi hambatan untuk membeli saham. Saham MSCI umumnya memang memiliki peluang dibeli oleh investor asing yang lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang tidak masuk indeks ini.
Indikator valuasi dan profitabilitas BREN juga unggul baik atas CUAN maupun DSSA. Pengecualiannya hanya pada Return-on-Equity (ROE) di mana CUAN lebih unggul dari BREN karena nilai ROE yang mencapai 2 kali lebih tinggi. Berkaca pada deklasifikasi MSCI sebelumnya, ROE CUAN juga lebih tinggi dibandingkan DSSA tetapi efek deklasifikasi MSCI pada saham DSSA lebih tinggi dibandingkan pada saham CUAN.
Bagaimana Strategi Investasinya?
Analisis dari Nilaisaham.com ini menunjukkan bahwa BREN — sebagai salah satu saham EBT — memiliki peluang memperoleh efek positif jika masuk klasifikasi MSCI. Tetapi, ada faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Free float emiten, daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi asing, dan preferensi investor asing untuk menanamkan modalnya menjadi penentu apakah potensi tersebut menjadi kenyataan atau tidak. Dengan demikian, potensi sesungguhnya masih perlu dianalisa lebih lanjut oleh masing-masing investor atau trader. Faktor-faktor tersebut akan berkontribusi pada risiko investasi yang harus diantisipasi dengan cermat sebelum membuat keputusan untuk entri atau tidak pada saham dari emiten ini.***