Nilaisaham.com – Saham volatile adalah saham yang harganya dapat naik atau turun drastis dalam waktu singkat. Motif setiap orang untuk melakukan jual-beli saham berbeda-beda. Bagi seorang trader, memperoleh gain pada waktu singkat adalah motif utama agar nilai asset yang dikelola berkembangan dengan cepat. Akibatnya, seorang trader akan memilih saham yang volatil. Lalu, apa positif dan negatifnya dari motif trading tersebut?
Potensi Gain Tinggi
Saham volatile memiliki karakter harga yang dapat melonjak tiba-tiba. Pergerakan harga saham volatile yang sangat fluktuatif ini disebabkan oleh 2 faktor utama. Pertama, adanya sentimen pasar yang mendorong minat beli atas saham tersebut. Biasanya para trader memilih saham volatile karena gainnya lebih tinggi dibandingkan dengan saham yang stabil. Faktor kedua adalah perilaku smart money yang dapat mengendalikan gerakan harga saham untuk mencapai tujuan tradingnya. Kapitalisasi pasar saham volatile yang rendah menyebabkan smart money — yang notabene adalah investor institusi — dapat mengendalikan harga saham. Akibatnya, rekan trader dapat memperoleh gain yang lebih tinggi dibandingkan dengan membeli saham yang relatif stabil,
Potensi Risiko Tinggi
Harga saham yang dapat berubah dalam hitungan menit atau jam menyebabkan saham volatile memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi. Itulah sebabnya, rekan trader pemula disarankan untuk tidak melakukan trading pada saham yang volatile ini. Rekan trader perlu menguasai secara mendalam analisis, teknik, dan strategi trading yang tangguh sebelum membeli saham ini. Potensi ririko umumnya disebabkan karena proses entry yang tidak akurat, membeli saham pada harga yang tidak ideal alias terlalu tinggi. Atau rekan trader dapat juga terjebak pada harapan palusi atau ilusi menunggu harga saham naik ketika saham tersebut ternyata bener-benar tidak akan kembali mencapai harga beli ketika rekan trader melakukan entry.
Jebakan Smart Money
Smart money adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan trader atau investor yang memiliki modal sangat besar. Dengan dana besar tersebut, trader atau investor ini dapat mempengaruhi harga saham. Umumnya, smart money adalah investor institusi. Harga yang naik bisa jadi bersifat semu karena smart money sedang melakukan aksi beli saham dan bukan karena terjadi perubahan fundamental atau variabel-variabel teknikal saham . Harga naik yang dikatrol inilah yang menyebabkan rekan trader yang portfolionya semula hijau berubah menjadi merah dalam waktu singkat. Solusinya, rekan trader perlu mencermati profil perilaku smart money ini untuk mencegah terjebak pada permainan broker tersebut.
Baca Juga: 12 Kategori Saham Di Bursa Efek Indonesia: Pahami Sebelum Investasi
——————————————————————————————————————Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak, membeli, atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Nilaisaham.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang diperoleh dari keputusan investasi pembaca.