Nilaisaham.com – Saat portfolio merah dan harga saham terus bergerak turun, rekan trader pasti akan merasa gugup. Apalagi bagi rekan trader yang belum lama memasuki dunia trading. Tidak ada yang salah atau benar terkait dengan cut-loss karena kondisi dan konsekuensinya berbeda bagi setiap trader. Yang penting, ketahui strategi dan tips cut-loss saham yang benar serta eksekusi pada hari trading yang konsisten.
Apa itu Cut-Loss?
Banyak kontroversi terkait dengan cut-loss dari para analis investasi. Ada analis yang menyatakan tidak boleh melakukan cut-loss karena tindakan ini akan mebuat rekan trader atau investor rugi. Di sisi lain, ada juga analis yang menyatakan cut-loss adalah tidakan yang harus dilakukan untuk membatasi kerugian. Nilaisaham.com menyatakan bahwa cut-loss perlu dilakukan jika nilai protfolio rekan trader atau investor telah menurun di bawah tingkat risiko yang dapat ditoleransi. Ini artinya, rekan trader harus menghitung risiko yang dapat ditoleransi tersebut. Biasanya hal ini adalah bagian dari trading plan.
Bagi rekan investor, yang bertujuan untuk memperoleh capital gain dari investasinya pada jangka panjang, cut-loss yang terlalu sering kadang tidak diperlukan. Acuannya adalah nilai portfolio investasi masing-masing atau tingkat keyakinan bahwa harga saham akan bergerak naik lebih tinggi pada jangka panjang.
Tips Cut-Loss Saham
Cut-loss saham mutlak diperluken khususnya bagi rekan trader yang melakukan kegiatan aksi jual dan aksi beli saham di pasar modal untuk tujuan mengembangan nilai asetnya. Waktu hold saham yang relatif singkat dan target profit yang tidak tinggi akan menyebabkan kerugian besar jika terus-menerus terjadi tanpa adanya cut-loss. Itulah sebabnya, cut-loss adalah keharusan bagi seorang trader. Oleh sebab itu, mengetahui kondisi-kondisi yang menerlukan cut-loss adalah wajib bagi seorang trader.
Harga Turun Melebihi Target
Rekan trader mutlak menentukan target cut-loss untuk setiap jenis saham yang dimiliki. Ada trader yang menentukan target cut-loss berdasarkan perubahan nilai portfolio secara real-time. Ada juga trader yang menggunakan bantuan chart untuk menetapkan area cut-loss. Dan, ada pula trader yang menggunakan automatic-order agar sahamnya otomatis dijual jika mencapai target cut-loss tersebut. Apa pun caranya, intinya rekan trader harus memiliki target cut-loss.
Membeli Di Pucuk
Euforia akibat jebakan sentimen kerap kali menyebabkan rekan trader membeli saham pada harga yang sudah sangat tinggi. Saham yang rekan trader beli ternyata sudah di pucuk harga, dan selanjutnya akan turun. Jika menyadari kondisi ini, rekan trader harus melakukan cut-off sesegera mungkin karena koreksi harga akibat membeli saham pada harga tertinggi tersebut akan menimbulkan loss yang besar. Jadi, jangan tunda untuk menjual saham pada kondisi ini.
Sideways Terus-Menerus
Saham yang dibeli ternyata tidak kunjung naik. Biasanya penyebabnya adalah tidak ada lagi sentimen yang dapat menyebabkan harga saham naik. Pada kondisi ini, seorang trader tidak akan memperoleh keuntungan walaupun kadang-kadang sideways bisa jadi diikuti oleh uptrend. Masalahnya adalah jika waktu dari sideways ke uptrend ternyata sangat lama. Artinya, nilai waktu dari trading rekan trader akan menurun. Pada kondisi ini, seorang trader yang membeli saham ritel perlu melakukan cut-loss. Bagi trader dengan dana besar dan motifnya adalah membali saham untuk tujuan investasi, sideways kemungkinan tidak terlalu berdampak. Tapi, bagi seorang trader, sideways menyebabkan asetnya berkembang sangat lambat.
Baca Juga: Amankah Beli Saham sektor Energi Saat Krisis Politik?
——————————————————————————————————————Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak, membeli, atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Nilaisaham.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang diperoleh dari keputusan investasi pembaca.
One Comment