Efek kasus ekpor udang ke Amerika Serikat yang dideteksi terpapar radioaktif menarik untuk diulas minggu ini untuk mengetahui pengaruhnya pada saham emiten eksportir udang. Paparan Cesium-137 terdeteksi oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada Agustus 2025 lalu pada ekspor udang beku dari PT. Bahari Makmur Sejati (BMS). Bagi dunia investasi, kasus ini penting karena berpengaruh pada pergerakan saham emiten eksportir udang. Nilaisaham.com mengulas topik ini untuk mengestimasi besarnya efek sentimen tersebut pada investasi dan bagaimana reaksi pasar atas saham-saham emiten eksportir udang..
Paparan Cesium-137
Kandungan radioaktif Cesium-137 ditemukan pada udang beku bermerek Great Value yang dipasok oleh PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods) ke Walmart AS. Udang beku tersebut dikemas di pabrik pengemasan yang berada di Kawasan Industri Cikande Banten. Radioaktif berasal dari polusi udara yang telah mengandung Cesium-137 dari industri peleburan logam. Kasus ini berakibat anjloknya permintaan udang dari Indonesia ke Amerika Serikat. Pemerintah menginformasikan bahwa permintaan pasokan impor udang dari AS ke Indonesia turun hingga 36%.
Saham Emiten Eksportir Udang
Kasus udang terpapar radioaktif ini hanya terjadi di Cikande Tangerang Provinsi banten. Tetapi, apakah dampaknya berpengaruh pada kinerja saham emiten eksportir udang yang melantai di Bursa Efek Indonesia?
Paling tidak ada 3 saham dari emiten yang bisnisnya terkait dengan ekspor udang ke pasar Amerika Serikat. Ketiga saham emiten ekportir udang tersebut terdiri atas saham dari Panca Mitra Multiperdana (PMMP), Dharma Samudera Fishing Industries (DSFI), dan Agro Bahari Nusantara (UDNG). PMMP mengekspor udang beku ke Amerika Serikat. Kontribusinya mencapai 85% dari pendapatan ekspor emiten ini. Udang juga menjadi salah satu produk yang diekspor oleh DSFI. Pada 2024, ekspor udang dan hasil laut menyumbang hingga 79% pendapatan ekspor DSFI. UDNG bergerak dalam bidang budidaya udang yang berpotensi terdampak. Ketiga emiten ini memang bukan emiten yang udangnya mengandung Cesium-137, tetapi sentimen negatif akibat kasus tersebut untuk mengetahui efek rambatannya pada kinerja kedua emiten ini.
Baca Juga: India Tingkatkan Impor CPO: 5 Emiten Produsen CPO Ini Layak Dicermati
Pergerakan Harga Saham
Hasil observasi Nilaisaham.com menunjukkan tidak adanya pergerakan pada harga saham PMMP. Nampaknya sudah tidak terjadi transaksi pada saham emiten ini sejak 20 Juni 2025. Jadi efeknya pada kinerja saham PMMP tidak dapat dievaluasi.
Saham DSFI sejak 1 Oktober 2025 turun 12, 62% pada 30 September 2025. Tekan jual terjadi beruntun sejak berita kontaminasi radioaktif ini muncul di media. Harga saham terus turun 4,44% pada perdagangan 1 Oktober 2025, dan kembali turun 1,16% pada 2 September 2025. Saham kembali naik pada penurupan perdagangan akhir pekan lalu sebesar 2,35%. Harga penutupan saham DSFI telah turun dari Rp103 per lembar saham pada 29 Oktober 2025 menjadi Rp 87 per lembar saham pada 2 Oktober 2025. Saham UDNG juga mengalami efek akibat sengatan isu radioaktif ini. Tekanan jual beruntun juga dialami oleh UDNG. Harga saham yang masih naik pada perdagangan 30 Oktober 2025, sontak turun mencapai 9,96% pada 1 Oktober 2025 dan lanjut turun 10,00% pada 2 Oktober 2025. Harga penutupan saham UDNG telah turun dari 1555 pada 30 Oktober 2025 menjadi 1385 pada akhir pekan perdagangan 3 Oktober 2025.
Baca Juga: Update Terbaru Proyeksi Harga CPO 2025: 5 Faktor Penentu Pergerakan Harga
Mereda Tapi Belum Pulih
Secara umum, sentimen negatif pada saham emiten eksportir udang yang bisnisnya telah mulai mereda pada akhir pekan lalu tetapi belum pulih. DSFI Nampak mulai menggeliat 2,35% sedangkan UDNG mulai merangkak naik 9,92%. Akankah penguatan ini akan terus terjadi pada perdagangan pekan kedua Oktober 2025?
Secara teknikal, saham DSFI masih akan bergerak antara stagnan atau menurun. Walaupun harga saham menguat 2,35% pada akhir pekan lalu, kepercayaan investor dan trader masih perlu diuji karena volume transaksi yang masih rendah. Selain itu, sentimen negatif terkait paparan radioaktif bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh pada turunnya harga saham DSFI.
Saham emiten eksportir udang UDNG memang menunjukkan tanda-tanda pemulihan, tetapi secara trend, harga saham emiten ini masih rendah. Bagi emiten ini, kasus paparan radioaktif adalah sentimen tambahan. UDNG sesungguhnya sedang berada pada fase menurun (downtrend) sejak 22 September 2025.
Baca Juga: 6 Saham Pilihan Hari Ini: ARA Beruntun Hingga 200 Poin.
Strategi Investasi
Saham-saham emiten eksportir udang terbukti terdampak oleh sentimen negatif akibat kontaminasi produk ekspor yang dilakukan oleh PT. Bahari Makmur Sejati (BMS). Secara umum, turunnya harga saham emiten yang terkait dengan bisnis udang beku maupun budidaya udang telah terjadi sebelum kasus paparan radioaktif tersebut menyeruak. Artinya, kinerja emiten-emiten ini memang telah turun dan kasus paparan radioaktif pada udang PT. BMS hanya menambah kuat sentimen negatif pada saham-saham emiten tersebut. Berdasarkan pertimbangan tersebut, wait-and-see adalah strategi trading yang dapat diterapkan karena volatilitas harga yang sangat rendah. Untuk tujuan investasi, saat ini nampaknya bukan waktu yang tepat untuk melakukan aksi beli. ***
One Comment