Home / Analisis / Stimulus 200 Triliun Bank Himbara: Mengapa Efeknya Cepat Meredup?

Stimulus 200 Triliun Bank Himbara: Mengapa Efeknya Cepat Meredup?

stimulus 200 triliun bank himbara

Nilaisaham.com – Stimulus 200 triliun bank Himbara — atau himpunan bank negara –yaitu BBRI, BBNI, BMRI, BBTN, dan BRIS telah diluncurkan pada September 2025 lalu. Tujuannya agar likuiditas meningkat dan kredit bisa tumbuh. Tapi, efeknya pada pergerakan harga saham bank-bank tersebut hanya bertahan tiga hari saja . Hingga menjelang penutupan bursa Jumat (20/09), efek stimulus tersebut terlihat meredup. Bagaimana strategi investasi di bank Himbara pada kondisi seperti ini?

Alokasi stimulus 200 triliun

Menteri Keuangan Purbaya mengalokasikan dana Rp200 triliun ini sejak 12 September 2025 ke bank-bank pemerintah. BRI, BNI, dan Mandiri masing-masing memperoleh Rp55 triliun. BTN dikucuri Rp25 triliun, sedangkan BSI memperoleh alokasi Rp10 triliun. Dana ini sontak membuat rasio likuiditas bank-bank tersebut naik. Loan Deposit Ratio juga turun sehingga memberi ruang bank untuk lebih berani memberi kredit. Persoalannya adalah realisasi kenaikan kredit ke sektor riil memerlukan waktu. Para investor bertanya-tanya, apakah memang nanti akan berdampak positif pada kinerja perbankan itu? Atau, malah kembali ke kondisi sebelum stimulus diberikan?

Baca Juga: Rencana Suntik Dana 200 Triliun: Akankah Emiten Perbankan Menguat?

Harga Saham

Harga saham bank Himbara langsung naik sejak dana stimulus ini disalurkan pada 12 November 2025 minggu lalu. BBNI naik sampai 7,8 persen, BBRI sekitar 5 persen dalam minggu pertama. Namun, sejak 17 September 2025, harga saham mulai turun lagi. Tragisnya pada penutupan perdagangan hari Jumat (19/09) efek tersebut sudah hilang. BBRI terkoreksi 0,0% (0 poin). BMRI turun 0,9% (40 poin). BBNI juga turun 1,61% (70 poin). BBRI dan BRIS stagnan, dan hanya BBTN yang ditutup naik 0,75% (10 poin). Jadi, efek stimulus tersebut telah hilang. Ini dapat berarti 2 hal. Stimulus saja tidak cukup untuk mendongkrak naiknya harga saham. Atau, mungkin efek lanjutannya akan terjadi ketika bank-bank Himbara telah membukukan profit dari penyaluran kredit.

Baca Juga: Saham EMAS Dibanderol Premium: Siap Ikut Penawaran Umum?

Kepercayaan Investor Asing

Efek stimulus untuk membangun kepercayaan dari investor asing juga layak dipertanyakan. Tekanan pada saham bank Himbara juga dipicu aksi jual asing yang besar. Riset Nilaisaham.com mengidentifikasi net sell asing pada BMRI (Rp329 miliar), BBNI (Rp86 miliar), dan BRIS (Rp 3miliar). Hanya BBRI dan BBTN yang membukukan net buy masing-masing Rp257 miliar dan Rp17 miliar). Kondisi ini menunjukkan bahwa net buy oleh investor asing masih menjadi penentu dominan naiknya harga saham dibandingkan dengan pengaruh stimulus.

Keraguan Investor

Banyak hal  yang menjadi penyebab sirnanya efek stimulus yang menjadi terobosan Menteri Keuangan yang baru ini pada 4 dari 5 bank yang memperoleh dana stimulus. Investor nampaknya masih ragu bahwa dana itu benar-benar akan dialokasikan untuk kredit produktif. Banyak yang menilai dana lebih banyak mengendap di likuiditas. Keraguan juga muncul dari sisi permintaan kredit. Daya beli masyarakat yang masih lemah berpotensi menyebabkan penyaluran kredit tidak optimum. Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, pertumbuhan kredit UMKM pada Juli 2025 masih rendah, yaitu 2,17% persen. Bandingkan dengan kredit konsumsi yang mencapai 8,8%.

Seringnya intervensi membuat sektor perbankan Himbara dianggap bermasalah. Istilah “lazy bank” muncul karena bank lebih memilih menumpuk dana daripada menyalurkan kredit. Walau pendapatan stabil, pertumbuhan kredit rendah membuat – sekitar 8,8% per tahun –sektor ini kurang menarik bagi investor yang cari pertumbuhan jangka panjang. Tentu ini adalah kondisi umum yang terjadi sebelum Menteri Keuangan mengambil kebijakan terobosan itu. Hanya saja, investor tetap menyimpan tanda tanya itu.

Pilihan Investasi

Apakah ini saat yang tepat  untuk menempatkan dana investasi di bank-bank Himbara? Secara umum, BBRI dan BBTN nampaknya berhasil mempertahankan trust dari investor asing sedangkan 3 bank Himbara lain (BMRI, BBNI, dan BRIS) masih belum dilirik oleh investor asing. Jadi trust investor asing tetap tidak berubah karena adanya stimulus fiskal. Nampkanya, pasar masih menunggu efek dari alokasi stimulus fiskal tersebut menjadi profit. Sebelum itu terjadi, faktor fundamental tetap menjadi penentu utama transaksi pada emiten ini.***

Baca Juga: Pembahasan Saham Rokok dan Cukai Rokok: Bagaimana Strategi Investasinya?

——————————————————————————————————————Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak, membeli, atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Nilaisaham.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian maupun keuntungan yang diperoleh dari keputusan investasi pembaca.

Tagged:
error: